Jakarta
- Aksi Koboi Irjen Ferdy Sambo Bikin Polwan Ketakutan, Sambo Tembak Sana
Sini Sambil Mabuk-mabukan, Kamaruddin: Dia Menjerit, Bang Selamatkan Aku Kabar
adanya temuan uang tunai senilai Rp 900 miliar di rumah tersangka kasus
pembunuhan Brigadir Nofryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Irjen Ferdy
Sambo menjadi ramai, Rabu (24/8/2022). Meski telah mendapat bantahan dari Polri
yang menyebut bahwa kabar tersebut tidak benar alias hoaks, namun pengacara
keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak menyebut bahwa tak mungkin kalau
Mabes Polri tak mengetahui hal itu. Tak hanya itu, kata Kamaruddin
Simanjuntak, ia juga turut menyinggung soal transaksi gelap yang dilakukan
Irjen Ferdy Sambo (FS) dan perjudian, hingga peredaran sabu-sabu.
Pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak. (ist) “Bahkan, di situ
ada tanaman keras, sejak dia (Ferdy Sambo) jadi Kaden hingga Jendral. Kalau Kaden
itu Kombes, di ruangannya itu berbagai macam koleksi minuman. Ketika memeriksa
polisi-polisi yang diduga melanggar, dia (Ferdy Sambo) sambil mabuk-mabukan
dia, nembak sana, nembak sini,” ujar Kamaruddin Simanjuntak, seperti dilansir
dari tayangan Dua Sisi TV One, Selasa (23/8/2022). Cerita Kamaruddin
Simanjuntak tak hanya sampai di situ saja, bahkan, ia juga menceritakan, soal
ada seorang temannya yang berprofesi sebagai kepala bank yang pernah masuk
ke ruangan Irjen Ferdy Sambo (soal dugaan adanya uang Rp900 miliar). Menurut
Kamaruddin, temannya yang seorang kepala bank itu sampai 'buang air kecil' di
celana, saking ketakutannya saat memasuki ruangan tersebut. Kemudian,
disinggung soal dari mana Kamaruddin dapat info bahwa Irjen Ferdy Sambo
mabuk-mabukan dan tembak sana dan sini? Kamaruddin bersaksi bahwa ia pernah
melihatnya dengan mata intelijen. Bahkan, ia akui penglihatannya didukung dari
penglihatan intelijen dan rata-rata itu, ia sebutkan informasinya 99 persen
sempurna, dalam pengertian tidak meleset. "Jadi bohong kalau dikatakan
Mabes Polri tidak mengetahui itu. Suara letusannya aja ke mana-mana kok. Bahkan
pernah seorang perempuan pangkat, kalau kanit di Polda itu berarti Kompol ya.
Sampai menjerit-jerit minta tolong ke saya, ‘Bang selamatkan aku, selamatkan
aku katanya’ kebutulan ini perempuan jawa, suaminya pengacara bersuku batak dan
rumahnya tetanggaan dengan kebun saya di Bogor," katanya. Bahkan, ia
sebutkan perempuan itu yang tidak tahu kesalahannya saat diperiksa Irjen Ferdy
Sambo (FS) itu ketakutan. Tak hanya itu saja, saat FS memeriksa perempuan itu,
FS juga melakukan tembak sana, tembak sini sambil mabuk-mabuk. "Kalau dia
lagi mabuk, salah tembakkan bahaya," ujarnya. Selanjutnya saat
disinggung itu merupakan kejadian sudah lama dan karis FS hingga saat ini
melesat sampai berakhir di penjara Mako Brimob.
Kamaruddin hanya menyatakan, di kubu Polri
terdapat beberapa istilah yang disebut aliran pohon, seperti aliran pohon
nangka, pohon pisang, dan lainnya.
"Jadi,
kalau jadi dia misalkan aliran pohon pisang, maka rantai pisang yang terus
bergerak, ibarat gerbong kereta api, jadi sana itu ada gerbong-gerbong. Jadi di
sana itu, yang khususnya Akpol ya, misalnya bapak asuh, ada kakek asuh dan ada
anak asuh serta cucu asuh. Nah itu mengalir terus ke bawah dan mereka ini
sistemnya tercatat, ada catatan perangkatan dan seterusnya," ujarnya.
Makanya, ia katakan, bila mereka mengintervensi perkara, itu paling
mudah. “Misalnya, abang ini angkatan 2000, saya 2000 juga. misalnya
mengintervensi perkara di Papua, tinggal saya telepon saja satu angkatan, atur
itu dulu ya, buat SP3 kalau mau SP3, kalau mau bikin terbukti, bikin terbukti.
Ini kan tinggal mau arahnya aja kalau mau ke mana,” bebernya. Kemudian,
ia katakan, personel Polri banyak sebesar 470 ribu lebih. Akan tetapi, jika
personel polisi itu bukan pimpinan dan dari Akpol, ia katakan hanya jadi
pesuruh-pesuruh. “Disuruh ngapain haru juga mau, karena nasib mereka
hanya diunung pena. Kalau ada yang melawan pimpinan, pindah ke tempat yang
kering, yang di sana hanya makan sayur pahit dan bunga pepaya ibaratnya begitu.
Tetapi kalau pintar cari duit untuk boss, itu disebut tanaman keras, bisa dia
sampai 20 tahun bisa kanit terus, uda 20 tahun kanit terus,” tuturnya.
Selanjutnya ketika ditanya soal Kamaruddin pernah menyebutkan ada uang ratusan
miliar di sebuah bunker tersebut. Kamaruddin katakan, ada informasi intelijen
menginformasikan bahwa orang ini (Ferdy Sambo) bisnis dan bisnisnya itu barang
barang haram. Bahkan ia beberkan informasi kemarin dari PPATK, bahwa FS
memiliki bisnis antar negara. “Bahkan intelijen saya itu menginfokan
barang haram itu dibawa pakai pesawat angkut ke antar negara,” sebutnya. Lalu,
disinggung soal PPATK tidak ada menyebutkan bisnis tersebut sampai ke luar negeri,
seperti ke Kamboja dan Filipina. Kamaruddin malah menyebutkan itu soal
keterbukaan. “Itu kan soal keterbukaan, ada yang coba dibilang
kisi-kisinya kan begitu. Saya dapatkan informasi dari orang intelijen yang
sangat dipercayai, uda intelijen dari berbagai negara, itu barang dibawa ke
luar negeri pakai pesawat resmi mendarat di pondok cabe,” ujarnya. Sambungnya
mengatakan, hal itu sengaja dirinya buka karena intelijen sengaja
menginformasikan kepadanya dan sengaja juga ia perdengarkan ke awak media saat
mendatanginya.
“Intelijen saya ini, menghadiri upacara 17
Agustus. Kurang hebat tidak intelijen saya ini,” katanya. Kemudian disinggung
intelijennya merupakan anggota aktif, pengacara Keluarga Brigadir J itu menyebutkan
masih aktif. “Orang dia diundang ke istana negara, dia intelijen dari isntutusi
polri,” pungkasnya. Lalu ditanya mengapa Kamaruddin bisa menyalip Kapolri
terkait infromasi tersebut. Sementara Kapolri belum membeberkan soal
tersebut. “Aaa, jadi sebenarnya begini, saya itu kemarin banyak yang buli
saya, perwira, ‘gara-gara kau penghasilan saya hilang’ dibilangnya begitu. Jadi
jangan pura-pura nggak tau. Ada yang tau pura-pura nggak tau, ada juga yang tak
tau sama sekali yang tidak kebagian. Buktinya saya dibuli. ‘Kurang ajar ko
Kamaruddin, gara gara kau penghasilan saya berkurang dan saya haru puasa’ itu
katanya,” bebernya. Selanjutnya, ketika ditanya apakah informasi yang
diungkapnya berkaitan dengan diagarm 303 yang beredar di media sosial. Kamaruddin
tidak mengetahui hal itu, tetapi hal itu datang kepadanya pada minggu lalu dan
baru beredar di tengah masyarakat. “Tetapi saya kan minta bukti, ada nggak
bukti, ada nggak bukti. Saya bisa tunjukkan nanti. Kemudian saya tanya, ini
sudah bukti, namun mereka bilang belum, itu masih plo chat. Terus saya bilang
saya perlu bukti pendukung. Kemudian, dia bilang temui Kapolri empat mata
katanya. Saya bilang saya nggak mau,” pungkasnya.
Kemudian ditanya soal keakuratan data buktinya,
Kamaruddin menjawab kalau datanya yang dikeluarkannya selama ini, itu 99,9
persen.
“Contoh misalnya ada aliran dana dari tanggal 11
Juli 2022, dari rekening almarhum ke rekening daripada tersangka. Itu kan saya
ketemu Kabareskrim, dan saya diterima Kabareskrim sama Dirtipedeksus dan
dirtipidum,” imbuhnya. Kemudian saat pertemuan itu, ia pertanyakan soal
mengapa ada aliran dana dari rekening orang mati. Kemudian hal yang
dipertanyakannya itu, ia katakan dibenarkan Dirtipedeksus dan Dirtipidum di
ruangan Kabareskrim bahwasnya dibenarkan oleh PPATK. "Berartikan akurat
dong," katanya. Benar Irjen Ferdy Sambo LGBT? Bekas pengacara
Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Deolipa Yumara angkat bicara
terkait kasus pembunuhan Nofryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J yang turut
menyeret Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka, hingga berani singgung soal
LGBT, Selasa (23/8/2022). Dalam tayangan YouTube channel Karni Ilyas Club,
acara yang dipandu Karni Ilyas itu, Deolipa Yumara bercerita seputar kasus
kematian Brigadir J yang turut membuat mantan kliennya, Bharada E menjadi
tersangka bersama Irjen Ferdy Sambo.
Menurut pengakuan Deolipa Yumara, saat itu ia
mendapat tawaran dari rekan polisi, Kanit Doktor Suradi untuk menangani
kasus kematian Brigadir J sebagai kuasa hukum Bharada E. Pada awalnya, kata
Deolipa, dia mengaku tak mengikuti kasus kematian Brigadir J yang melibatkan
Bharada E itu. "Saya dijemput Kasubdit dan Kanit Doktor Suradi,
katanya gini 'udah lu nanganin perkara ya'. Jujur aja, saya awalnya enggak
ngikutin kasus itu," kata Deolipa Yumara, Kamis (18/8/2022). Berkat
bujukan Kanit Doktor Suradi, akhirnya Deolipa Yumara bersedia menangani kasus
dan berperan sebagai kuasa hukum Bharada E. Singkat cerita, Deolipa Yumara
diminta untuk datang ke Mabes Polri. Menurut Deolipa Yumara, saat tiba di
lantai 4, di ruangan Bareskrim, dia sempat tak diperbolehkan masuk oleh
sejumlah anggota Brimob yang berjaga di depan ruangan Bareskrim. "Di
lantai 4 mau masuk ke Bareskrim, Brimob banyak. Saat saya bilang saya mau
masuk, justru saya dicegat. Dia bilang 'Bang kami koordinasi dulu ke dalam'.
Aku bilang, aku kan mau masuk, aku kan orang dalam. Namun kemudian ada rekan saya
yang menyuruh saya masuk ruangan, lalu saya bilang ke poara Brimob itu, 'tuh
kan ane bilang jug apa, ane kan pangkatnya Jenderal di sini mah' iya Jenderal
bodong," ujar Deolipa Yumara.
Ketika masuk ke ruangan Bareskrim, dia bertemu
dengan Doktor Suradi dan diminta untuk menangani kasus, sebagai kuasa hukum
Bharada E.
Adapun Deolipa Yumara mengaku dibekali
dokumen-dokumen lengkap terkait kasus kematian Brigadir J untuk dipelajari
sebelum menjadi kuasa hukum Bharada E. "Doktor Suradi bilang 'Saudaraku,
ini karena saudaraku belum tahu persoalannya detail, ini aku kasih semua
dokumen-dokumen, semua rekaman CCTV' di sini, di situ semua dibuka. Dokumen
dibuka, CCTV dibuka, aku tanya kan, 'ini perkara apa bos, Sambo? Oh Bang**t
303," katanya. Setelah ditunjuk untuk menjadi kuasa hukum Bharada E,
tibalah Deolipa Yumara menemui Bharada E. Saat itu, kata Deolipa, Bharada E
tengah berada di sebuah ruangan yang dijaga oleh beberapa anggota Brimob.
Kemudian saat masuk ke ruangan yang dimaksud, Deolipa pun melihat Bharada E
yang sedang tidur. "Kerr..kerr.. heh bangun! Setelah itu saya bilang, oke
lu pakai gua untuk jadi kuasa hukum, ayo kita berdoa dulu. Nah kita berdoa
panjang, Haleluya, Amin. Setelah selesai berdoa dia (Bharada E) tenang. kemudian
saya ajak dia dengerin lagu rohani," ujar Deolipa Yumara. Kemudian Deolipa
pun mulai perbincangannya bersama Bharada E dengan menanyakan ada apa
sebenarnya. Kemudian Bharada E menyebut bahwa di kepalanya ada dua skenario.
"Berarti masih ada setannya. Skenario pertama itu yang dicuci otak oleh
Kadiv Propam," ujar Deolipa. Cerita Soal LGBT, Apa Maksudnya? Tiba-tiba di
tengah pembicaraannya bersama Karni Ilyas, Deolipa Yumara justru membeberkan
soal adanya dugaan Irjen Ferdy Sambo adalah Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LGBT).
"Cerita dikit, LGBT. Semua ini enggak ada
yang LGBT kecuali si psikopat. L-nya hilang, G-nya hilang, T-nya hilang,
tinggal B. Nah B (Biseksual) itulah Sambo (Irjen Ferdy Sambo)," kata
Deolipa Yumara. Bahkan Deolipa secara blak-blakan di hadapan Karni Ilyas
menyebut bahwa Biseksual bisa dengan perempuan, tapi bisa juga dengan
laki-laki. "Dia itu bisa sama laki-laki, bisa juga dengan perempuan. Bisa
selingkuh dengan pria, bisa selingkuh dengan perempuan," kata Deolipa
Yumara. Kembali ke perbincangannya soal skenario kematian Brigadir J, Deolipa
menyebut bahwa Bharada E dipaksa atasannya untuk memainkan skenario pertama
yakni tembak menembak. "Skenario tembak menembak itu dibuat agar pada akhirnya
bisa SP3 dengan modus pembelaan. Tapi saya bilang ke Bharada E 'lu kosongin
dulu tuh pikiran lu' akhirnya dia menuliskan apa yang terjadi," kata
Deolipa Yumara. Kembali ke persoalan LGBT, Bharada E diminta menceritakan sosok
Brigadir J yang sebenarnya, terkait adanya dugaan bahwa Irjen Ferdy Sambo, kata
Deolipa Yumara, merupakan seorang biseksual
"Si Yosua dia gimana gay bukan dia? Bharada E
bilang dia bukan gay, soalnya selama tanggal 2 sampai 7 Juli bersama saya' Lalu
aku tanya lagi, transgender bukan? 'Bukan dia kan bukan banci', Nah si Yosua
biseksual bukan? Bukan karena dia mesra banget sama pacarnya. Nah, jadi Yosua
itu sayang banget sama pacaranya (Vera Simanjuntak)," kata Deolipa.
Justru Kuat Maruf atau KM, kata Deolipa yang
menjadi titik sumber persoalan kasus kematian Brigadir J. Deolipa mengatakan
bahwa Kuat Maruf adalah pengikut keluarga Irjen Ferdy Sambo asal Brebes yang
sudah lama bekerja bersama keluarga Sambo. Menurut Deolipa, ada kemungkina
bahwa Kuat Maruf bertengkar dengan Brigadir J karena sesuatu masalah.
"Mungkin dia ada senggolan soal emosional dengan Brigadir J atau Yosua,
sifatnya personal. Tapi bukan urusan cinta. Kuat Maruf ini dia diduga punya
dendam," kata Deolipa. Kemudian Karni Ilyas bertanya kepada Deolipa,
mengapa menuduh Irjen Ferdy Sambo ada kaitannya dengan LGBT?
"Kenapa Anda menuduh dia (Irjen Ferdy Sambo)
sebagai biseksual?," kata Karni Ilyas. Menurut Deolipa, alasannya menyebut
bahwa ada kaitannya LGBT dengan Irjen Ferdy Sambo adalah sumber dari rekannya
di kepolisian itu, yakni Kanit Doktor Suradi. "Ketika si Pak
Doktor Suradi bilang, Lip, Saudaraku, ini ada potensi LGBT, artinya
intelejen sudah jadi. Pernyataan Suradi sudah saya pegang, yaitu LGBT. Saya
cuma punya kesimpulan di awal semua pelakunya ya LGBT," kata Deolipa. Di
ujung ceritanya kepada Karni Ilyas, Deolipa menyebut bahwa dia sepakat dengan
Kabareskrim soal penyebab kematian Brigadir J. "Akhirnya saya sepakat
dengan Kabareskrim, bahwa hanya Tuhan, hanya Kuat maruf, hanya Ricky (Brigadir
RR), hanya Putri Candrawathi, dan hanya Yosua (Brigadir J) yang tahu soal apa
yang terjadi sebenarnya. Tapi kemungkinan adalah karena Yosua mati, kan
konspirasi mereka bertiga. Mereka bertiga akhirnya dibikin skenario, oleh si
mantan Kadiv Propam (Irjen Ferdy Sambo), si psikopat itu. (aag/abs)
tvonenews.com (24/8/2022)
0 komentar:
Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai dengan topik pembahasan